KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Alloh SWT, yang atas
rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NAPZA” Dalam Penulisan makalah ini
penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang tak terhingga kepada Dosen pembimbing.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………..
1. Latar belakang ………………………………………………………………
2. Tujuan ……………………………………………………………
BAB II NARKOBA
…………….………………………………………………
1. Pengertian NAPZA …………………………………………………………….
2. Jenis NAPZA……………………..………………………………………………
3. Golongan NAPZA ………………………………………………………………..…
4. Penyebab
penyalahgunaan NAPZA
5. Tanda dan
Gejala…………………………………………………………….
6. Ciri -
Ciri………………………………………………
7. Akibat penyalahgiunaan
NAPZA
8. Gejala klinis
9. komplikasi………………………………………………………………
BAB III
1. Askep pada klien
dengan penggunaan zat psokoaktif……………………………………………..……………….
2. Pengkajian …………………………………………………………………….
3. Diagnosa ………………………………………..………………………………
4. Intervensi....................................................................................................
5. Evaluasi.....................................................................................................
BAB IV
1. Kesimpulan ................................................................................................
2. Saran...........................................................................................................
BAB V
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULIAN
1. Latar bEl;akang
2. Tujuan
Di beberapa negara tumbuhan ini
tergolong narkotika, walau tidak terbukti bahwa pemakainya menjadi kecanduan,
berbeda dengan obat-obatan terlarang yang berdasarkan bahan kimiawi dan merusak
sel-sel otak, yang sudah sangat jelas bahayanya bagi umat manusia. Di antara
pengguna ganja, beragam efek yang dihasilkan, terutama euphoria (rasa gembira)
yang berlebihan, serta hilangnya konsentrasi untuk berpikir di antara para
pengguna tertentu.
Efek negatif secara umum adalah bila sudah menghisap maka pengguna akan
menjadi malas dan otak akan lamban dalam berpikir. Namun, hal ini masih menjadi
kontroversi, karena tidak sepenuhnya disepakati oleh beberapa kelompok tertentu
yang mendukung medical marijuana dan marijuana pada umumnya. Selain diklaim
sebagai pereda rasa sakit, dan pengobatan untuk penyakit tertentu (termasuk
kanker), banyak juga pihak yang menyatakan adanya lonjakan kreatifitas dalam
berfikir serta dalam berkarya (terutama pada para seniman dan musisi.
Berdasarkan penelitian terakhir, hal ini (lonjakan kreatifitas), juga di
pengaruhi oleh jenis ganja yang digunakan. Salah satu jenis ganja yang dianggap
membantu kreatifitas adalah hasil silangan modern “Cannabis indica” yang
berasal dari India dengan “Cannabis sativa” dari Barat, dimana jenis Marijuana
silangan inilah yang merupakan tipe yang tumbuh di Indonesia.
Efek yang dihasilkan juga beragam terhadap setiap individu, dimana dalam
golongan tertentu ada yang merasakan efek yang membuat mereka menjadi malas,
sementara ada kelompok yang menjadi aktif, terutama dalam berfikir kreatif
(bukan aktif secara fisik seperti efek yang dihasilkan Methamphetamin).
Marijuana, hingga detik ini, tidak pernah terbukti sebagai penyebab kematian
maupun kecanduan. Bahkan, di masa lalu dianggap sebagai tanaman luar biasa,
dimana hampir semua unsur yang ada padanya dapat dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan. Hal ini sangat bertolak belakang dan berbeda dengan efek yang
dihasilkan oleh obat-obatan terlarang dan alkohol, yang menyebabkan penggunanya
menjadi kecanduan hingga tersiksa secara fisik, dan bahkan berbuat kekerasan
maupun penipuan (aksi kriminal) untuk mendapatkan obat-obatan kimia buatan
manusia itu.
TUJUAN
1. Untuk
mengetahui apa itu narkoba.
2. Untuk
mengetahui bagaimana penyebaran narkoba di kalangan masyarakat.
3. Untuk mengetahui efek
dari narkoba.
4. Untuk
mengetahui jenis-jenis narkoba.
A. LATAR BELAKANG
Masalah penyalahgunaan
Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya (NAPZA) atau istilah
yang populer dikenal
masyarakat sebagai NARKOBA (Narkotika dan Bahan/ Obat
berbahanya) merupakan
masalah yang sangat kompleks, yang memerlukan upaya
penanggulangan secara
komprehensif dengan melibatkan kerja sama multidispliner,
multisektor, dan peran
serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara
berkesinambungan,
konsekuen dan konsisten.Meskipun dalam Kedokteran, sebagian besar
golongan Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) masih bermanfaat bagi
pengobatan, namun bila disalahgunakan
atau digunakan tidak menurut indikasi medis atau
standar pengobatan
terlebih lagi bila disertai peredaran dijalur ilegal, akan berakibat sangat
merugikan bagi individu
maupun masyarakat luas khususnya generasi muda. Maraknya
penyalahgunaan NAPZA
tidak hanya dikota-kota besar saja, tapi sudah sampai ke kota-kota
kecil diseluruh wilayah
Republik Indonesia, mulai dari tingkat sosial ekonomi menengah
bawah sampai tingkat
sosial ekonomi atas. Dari data yang ada, penyalahgunaan NAPZA
paling banyak berumur
antara 15–24 tahun. Tampaknya generasi muda adalah sasaran
strategis perdagangan
gelap NAPZA. Oleh karena itu kita semua perlu mewaspadai bahaya
dan pengaruhnya terhadap
ancaman kelangsungan pembinaan generasi muda. Sektor
kesehatan memegang
peranan penting dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan
NAPZA.
Promotif, Preventif,
Terapi dan Rehabilitasi.
Peran penting sektor
kesehatan sering tidak disadari oleh petugas kesehatan itu sendiri,
bahkan para pengambil
keputusan, kecuali mereka yang berminat dibidang kesehatan jiwa,
khususnya penyalahgunaan
NAPZA. Bidang ini perlu dikembangkan secara lebih
profesional, sehingga
menjadi salah satu pilar yang kokoh dari upaya penanggulangan
penyalahgunaan NAPZA.
Kondisi diatas mengharuskan pula Puskesmas sebagai ujung
tombak pelayanan
kesehatan dapat berperan lebih proaktif dalam upaya penanggulangan
penyalahgunaan NAPZA di
masyarakat. Dari hasil identifikasi masalah NAPZA dilapangan
melalui diskusi kelompok
terarah yang dilakukan Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat
bekerja sama dengan
Direktorat Promosi Kesehatan – Ditjen Kesehatan Masyarakat
Depkes-Kesos RI dengan
petugas-petugas puskesmas di beberapa propinsi yaitu DKI
Jakarta, Jawa Barat,
Banten, Jawa Timur, Bali ternyata pengetahuan petugas puskesmas
mengenai masalah NAPZA
sangat minim sekali serta masih kurangnya buku yang dapat
dijadikan pedoman.
BAB II
Asuhan keperawatan pada klien NAPZA
1. DEFENISI
NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
lain) adalah bahan/zat/obat yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan
mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat,sehingga menyebabkan
gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi
kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA.
Istilah NAPZA umumnya digunakan oleh sektor pelayanan kesehatan, yang menitik
beratkan pada upaya penanggulangan dari sudut kesehatan fisik, psikis, dan
sosial. NAPZA sering disebut juga sebagai zat psikoaktif, yaitu zat yang
bekerja pada otak, sehingga menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, dan
pikiran.
Rentang respon gangguan penggunaan NAPZA ini berfluktuasi dari kondisi yang
ringan sampai yang berat, indikator rentang respon ini berdasarkan perilaku
yang ditampakan oleh remaja dengan ganggua penggunaan zat adiktif sebagai
berikut :
1. Respon adaptif
2. Respon maladaptive
3. Eksperimental Rekreasional Situasional Penyalahgunaan ketergantungan
Eksperimental : Kondisi pengguna taraf awal,
yang disebabkan rasa ingin tahu dari remaja. Sesuai kebutuhan pada masa tumbuh
kembangnya, ia biasanya ingin mencari pengalaman yang baru atau sering pula
dikatakan taraf coba-coba.
Rekreasional : Penggunaan zat adiktif pada
waktu berkumpul dengan dengan teman sebaya. Misalnya pada waktu pertemuan malam
mingguan, acara ulang tahun, Penggunaan ini mempunyai tujuan rekreasi bersama
teman-temannya.
Situasional : Mempunyai
tujuan secara individual, sudah merupakan kebutuhan bagi dirinya sendiri.
Seringkali penggunaan ini merupakan cara untuk melarikan diri atau mengatasi
masalah yang dihadapi. Misalnya individu menggunakan zat pada saat sedang
konflik stress dan frustasi.
Penyalahgunaan : Penggunaan zat yang sudah
cukup patologis, sudah mulai digunakan secara rutin, minimal selama 1 bulan,
sudah terjadi penyimpangan perilaku mengganggu fungsi dalam peran di lingkungan
sosial : pendidikan dan pekerjaan.
Ketergantungan : Penggunaan zat yang sudah
cukup berat, telah terjadi ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan
fisik ditandai dengan adanya Toleransi dan Syndroma putus zat ; Suatu kondisi
dimana individu yang yang biasa menggunakan zat adiktif secara rutin, pada
dosis tertentu menurunkan jumlah zat yang digunakan atau berhenti memakai,sehingga
menimbulkan kumpulan gejala sesuai dengan macam zat yang digunakan, Sedangkan
Toleransi ; suatu kondisi dari individu yang mengalami peningkatan dosis
(jumlah zat), untuk mencapai tujuan yang biasa diinginkannya.
2. JENIS NAPZA
Heroin : Serbuk putih seperti tepung yang
bersifat opioid atau menekan nyeri dan juga depresan SSP.
Kokain : Di olah dari pohon Coca yang punya
sifat halusinogenik.
Putau : golongan heroin, berbentuk bubuk.
Ganja : berisi zat kimia delta-9-tetra hidrokanbinol,
berasal dari daun Cannabis yang dikeringkan, Konsumsi dengan cara dihisap
seperti rokok tetapi menggunakan hidung
Shabu-shabu: kristal
yang berisi methamphetamine, dikonsumsi dengan menggunakan alat khusus yang disebut
Bong kemudian dibakar.
Ekstasi: methylendioxy
methamphetamine dalam bentuk tablet atau kapsul, mampu meningkatkan ketahanan
seseorang (disalahgunakan untuk aktivitas seksual dan aktivitas hiburan dimalam
hari).
Diazepam,Nipam, Megadon : obat yang jika
dikonsumsi secara berlebih menimbulkan efek halusinogenik.
Alkohol : minuman yang
berisi produk fermentasi menghasilkan etanol, dengan kadar diatas 40 % mampu
menyebabkan depresi susunan saraf pusat, dalam kadar tinggi bisa memicu Sirosis
hepatic, hepatitis alkoholik maupun gangguan system persarafan.
Golongan NAPZA
NARKOTIKA (Menurut Undang-Undang RI Nomor 22
tahun 1997 tentang Narkotika).
NARKOTIKA : adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
NARKOTIKA dibedakan
kedalam golongan-golongan :
Narkotika Golongan I : Narkotika yang hanya
dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan tidak ditujukan untuk terapi
serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan, (Contoh : heroin/putauw,
kokain, ganja).
Narkotika Golongan II : Narkotika yang
berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan
dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
tinggi mengakibatkan ketergantungan (Contoh : morfin, petidin).
Narkotika Golongan III
: Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan (Contoh : kodein).
Narkotika yang sering disalahgunakan adalah Narkotika Golongan I :
- Opiat : morfin,
herion (putauw), petidin, candu, dan lain-lain
- Ganja atau kanabis, marihuana, hashis
- Kokain, yaitu serbuk kokain, pasta kokain, daun koka.
PSIKOTROPIKA (Menurut
Undang-undang RI No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika).
PSIKOTROPIKA : adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
PSIKOTROPIKA dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut :
PSIKOTROPIKA GOLONGAN I
: Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan
dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. (Contoh : ekstasi, shabu, LSD)
PSIKOTROPIKA GOLONGAN
II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi,
dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan . ( Contoh amfetamin, metilfenidat atau ritalin).
PSIKOTROPIKA GOLONGAN
III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan (Contoh : pentobarbital, Flunitrazepam).
PSIKOTROPIKA GOLONGAN IV : Psikotropika yang
berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom
ketergantungan (Contoh : diazepam, bromazepam, Fenobarbital, klonazepam,
klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil BK, pil Koplo, Rohip, Dum, MG).
Psikotropika yang sering disalahgunakan antara lain :
- Psikostimulansia : amfetamin, ekstasi, shabu
- Sedatif & Hipnotika (obat penenang, obat tidur): MG, BK, DUM, Pil koplo
dan lain-lain
- Halusinogenika : Iysergic acid dyethylamide (LSD), mushroom.
ZAT ADIKTIF : adalah Suatu bahan atau zat yang apabila digunakan dapat
menimbulkan kecanduan atau ketergantungan.
ZAT PSIKOAKTIF : Golongan zat yang bekerja secara selektif, terutama pada otak
sehingga dapat menimbulkan perubahan pada : perilaku, emosi, kognitif,
persepsi, kesadaran seseorang. Ada 2 jenis psikoaktif :
Bersifat Adiksi
- Golongan Opioida : Morfin, Heroin (Putaw), candu, Codein, Petidin
- Golongan Kanabis : Ganja (Mariyuana), minyak hassish
- Golongan Kokain : Serbuk kokain dan daun koka
- Golongan Alkohol : Semua minuman yang mengandung Ethyl alkohol : Brandy, bir,
Wine, Whisky, Cognac, Brem, tuak, Anggur ortu (AO), dsb.
- Golongan Sedatif Hipnotik : BK, Rohypnol, Magadon, Dumolid, Nipam, Madrax
- Golongan MDA (Methylene Dioxy Ampethamine) : Ampetamine benzedrine, Dexedrine
- Golongan MDMA (Methylene dioxy meth Ampetahamine) : Extacy
- Golongan halusinogen : LSD, Meskaloin, Mushrom, Kecubung
- Gologan Solven dan inhalansia : Aica Aibon (Glue) Saceton, Thiner, N2O
- Nikotine : tembakau
- Kafein: Kopi dan the
- Golongan lainnya.
Bersifat Non Adiksi : Obat neuroleptika untuk
kasus gangguan jiwa psikotik, obat anti depresi.
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan NAPZA dapat digolongkan
menjadi tiga golongan :
Golongan Depresan
(Downer)
Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis
ini menbuat pemakaiannya merasa tenang, pendiam dan bahkan membuatnya tertidur
dan tidak sadarkan diri. Golongan ini termasuk Opioida (morfin, heroin/putauw,
kodein), Sedatif (penenang), hipnotik (otot tidur), dan tranquilizer (anti
cemas) dan lain-lain.
Golongan Stimulan (Upper)
Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan
kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi aktif, segar dan
bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah : Amfetamin (shabu,
esktasi), Kafein, Kokain.
Golongan Halusinogen
Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah
perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda
sehingga seluruh perasaan dapat terganggu. Golongan ini tidak digunakan dalam
terapi medis.
Penyebab Penyalahgunaan
NAPZA
Penyebabnya sangatlah kompleks akibat interaksi berbagai faktor
Faktor individual :
Kebanyakan dimulai pada saat remaja, sebab pada remaja sedang mengalami
perubahan biologi, psikologi maupun sosial yang pesat. Ciri – ciri remaja yang
mempunyai resiko lebih besar menggunakan NAPZA :
Cenderung memberontak
Memiliki gangguan jiwa
lain, misalnya : depresi, cemas.
Perilaku yang
menyimpang dari aturan atau norma yang ada
Kurang percaya diri
Mudah kecewa, agresif
dan destruktif
Murung, pemalu, pendiam
Merasa bosan dan jenuh
Keinginan untuk bersenang
– senang yang berlebihan
Keinginan untuk
mencaoba yang sedang mode
Identitas diri kabur
Kemampuan komunikasi
yang rendah
Putus sekolah
Kurang menghayati iman
dan kepercayaan
Faktor Lingkungan :
Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan baik
sekitar rumah, sekolah, teman sebaya, maupun masyarakat.
Lingkungan Keluarga :
Komunikasi orang tua
dan anak kurang baik
Hubungan kurang
harmonis
Orang tua yang
bercerai, kawin lagi
Orang tua terlampau
sibuk, acuh
Orang tua otoriter
Kurangnya orang yang
menjadi teladan dalam hidupnya
Kurangnya kehidupan
beragama.
Lingkungan Sekolah :
Sekolah yang kurang
disiplin
Sekolah terletak dekat tempat hiburan
Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada
siswa untuk mengembangkan diri secara kreatif dan positif
Adanya murid pengguna
NAPZA.
Lingkungan Teman Sebaya
:
Berteman dengan penyalahguna
Tekanan atau ancaman
dari teman.
Lingkungan Masyrakat / Sosial :
Lemahnya penegak hukum
Situasi politik, sosial dan ekonomi yang
kurang mendukung.
Tanda dan Gejala Penggunaan NAPZA
Tanda-tanda di rumah :
Hilangnya minat dalam
aktifitas keluarga.
Tidak patuh terhadap
aturan keluarga.
Hilang/berkurangnya rasa tanggung jawab.
Bersikap kasar baik
secara verbal maupun fisik
Menurun/meningkatnya nafsu makan secara
tiba-tiba.
Mengaku sering
kehilangan barang atau uang.
Tidak pernah pulang ke
rumah tepat waktu.
Tidak mengatakan kepada
siapapun kemana mereka pergi.
Terus-menerus meminta
maaf terhadap segala perbuatannya.
Menghabiskan banyak
waktunya berdiam diri di dalam kamar bila sedang di rumah.
Sering berbohong
mengenai aktifitas mereka
Menemukan benda-benda, seperti kertas
pembungkus rokok, pipa hisap, gelas kecil, sisa-sisa serbuk maupun jarum suntik
dan lain-lainnya yang mencurigakan.
Tanda-tanda di
sekolah/tempat kerja :
Sering tiba-tiba pingsan
di sekolah/tempat kerja.
Acapkali bolos masuk
sekolah/kerja.
Kehilangan minat dalam
kegiatan belajar.
Tertidur di dalam
kelas/saat bekerja
Buruk dalam penampilan sehari-hari
Tidak pernah mengerjakan
tugas pekerjaan rumah.
Tidak mematuhi bahkan
menentang aturan sekolah/otoritas.
Perilaku yang buruk di
setiap kegiatan sekolah/pekerjaan
Penurunan konsentrasi, perhatian dan memori.
Tidak pernah
memberitahukan orang tua/wali jika ada pemanggilan/pertemuan dengan guru.
Tanda-tanda kelainan
fisik dan emosional :
Teman/kelompok sering
berganti-ganti.
Pasangan/pacar yang
juga sering berganti-ganti.
Tercium bau-bauan aneh
seperti bau alkohol, mariyuana, dan rokok dari nafas atau badan.
Perubahan perilaku dan
mood yang tidak dapat dijelaskan.
Sering melawan aturan,
bersikap negatif, paranoid (ketakutan dan curiga), destruktif (merusak), tampak
cemas.
Tidak pernah tampak
kegembiraan seperti yang seharusnya
Selalu tampak lelah/hiperaktif yang
berlebihan.
Penurunan/peningkatan
berat badan yang drastis.
Kadang tampak depresi,
mudah sedih dan tertekan.
Seringkali menipu, berbohong
atau kedapatan mencuri.
Mengaku memerlukan
uang/sebaliknya merasa punya uang lebih.
Umumnya penampilannya
kotor dan tidak terurus.
Gejala yang timbul
diantaranya : bicara cadel, gerakan tidak terkoordinir, kesadaran menurun,
vertigo, dilatasi pupil, jalan sempoyongan, konjungtiva merah, nafsu makan
bertambah, mullut kering, denyut jantung cepat, panik, curiga, banyak keringat,
mual muntah, halusinasi dan mengantuk.
Dan jika putus zat maka gejala yang terjadi sebagai berikut : gelisah,
berkeringat, denyut jantung cepat, tremor ditangan, mual muntah, kejang otot,
cemas, agresif, halusinasi, delirium, insomnia, pupil melebar, murung, depresi
berat dan ada tindakan bunuh diri.
Ciri-ciri Pengguna
NAPZA
Ciri-ciri Ketergantungan NAPZA
Keinginan yang tak tertahankan untuk
mengkonsumsi salah satu atau lebih zat yang tergolong NAPZA.
Kecenderungan untuk
menambah dosis sejalan dengan batas toleransi tubuh yang meningkat.
Ketergantungan psikis, yaitu apabila
penggunaan NAPZA dihentikan akan menimbulkan kecemasan, depresi dan gejala
psikis lain.
Ketergantungan fisik,
yaitu apabila pemakaian dihentikan akan menimbulkan gejala fisik yang disebut
gejala putus zat (withdrawal syndrome). Withdrawal Syndrome terlihat dari
beberapa aktivitas fisik seperti orang yang mengalami sakaratul maut, meronta,
berteriak maupun melakukan aktivitas lain yang menunjukkan bentuk bahwa dia
membutuhkan sebuah zat psikotropika.
Ciri-ciri Pengguna NAPZA
Ciri Fisik
Berat badan turun drastis
Mata cekung dan merah, muka pucat dan bibir
kehitaman.
Buang air besar dan air
kecil kurang lancar.
Sembelit atau sakit perut
tanpa alasan yang jelas.
Tanda berbintik merah
seperti bekas gigitan nyamuk dan ada bekas luka sayatan.
Terdapat perubahan
warna kulit di tempat bekas suntikan.
Sering batuk-pilek
berkepanjangan.
Mengeluarkan air mata yang berlebihan.
Mengeluarkan keringat
yang berlebihan.
Kepala sering nyeri,
persendian ngilu.
Ciri Emosi
Sangat sensitif dan
cepat bosan.
Jika ditegur atau dimarahi malah membangkang.
Mudah curiga dan cemas.
Emosinya naik turun dan
tidak ragu untuk memukul atau berbicara kasar kepada orang disekitarnya,
termasuk kepada anggota keluarganya. Ada juga yang berusaha menyakiti diri
sendiri.
Ciri Perilaku
Malas dan sering melupakan tanggung
jawab/tugas rutinnya.
Menunjukkan sikap tidak
peduli dan jauh dari keluarga.
Di rumah waktunya
dihabiskan untuk menyendiri di kamar, toilet, gudang, kamar mandi, ruang-ruang
yang gelap.
Nafsu makan tidak menentu.
Takut air, jarang
mandi.
Sering menguap.
Sikapnya cenderung jadi
manipulatif dan tiba-tiba bersikap manis jika ada maunya, misalnya untuk
membeli obat.
Sering bertemu dengan
orang-orang yang tidak dikenal keluarga, pergi tanpa pamit dan pulang lewat
tengah malam.
Selalu kehabisan uang,
barang-barang pribadinya pun hilang dijual
Suka berbohong dan gampang ingkar janji.
Sering mencuri baik di
lingkungan keluarga, sekolah maupun pekerjaan.
Ciri-ciri Kecanduan
NAPZA
Air mata berlebhan
Banyak lender dari
hidung
Diare
Bulu kuduk berdiri
Sukar tidur
Menguap
Jantung berdebar-debar
Ngilu pada sendi
Akibat Penyalahgunaan NAPZA
3 (tiga) aspek akibat
langsung penyalahgunaan NAPZA antara lain :
Secara fisik
Penggunaan NAPZA akan mengubah metabolisme tubuh seseorang. Hal ini terlihat
dari peningkatan dosis yang semakin lama semakin besar dan gejala putus obat.
Keduanya menyebabkan seseorang untuk berusaha terus-menerus mengkonsumsi NAPZA.
Secara psikis
Berkaitan dengan berubahnya beberapa fungsi mental, seperti rasa bersalah, malu
dan perasaan nyaman yang timbul dari mengkonsumsi NAPZA. Cara yang kemudian
ditempuh untuk beradaptasi dengan perubahan fungsi mental itu adalah dengan
mengkonsumsi lagi NAPZA.
Secara social
Dampak sosial yang memperkuat pemakaian NAPZA. Proses ini biasanya diawali
dengan perpecahan di dalam kelompok sosial terdekat seperti keluarga, sehingga
muncul konflik dengan orang tua, teman-teman, pihak sekolah atau pekerjaan. Perasaan
dikucilkan pihak-pihak ini kemudian menyebabkan si penyalahguna bergabung
dengan kelompok orang-orang serupa, yaitu para penyalahguna NAPZA juga.
Gejala Klinis Penyalahgunaan NAPZA
1. Perubahan Fisik
Gejala fisik yang terjadi tergantung jenis zat yang digunakan, tapi secara umum
dapat digolongkan sebagai berikut :
Pada saat menggunakan
NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo (cadel), apatis (acuh tak acuh),
mengantuk, agresif, curiga
Bila kelebihan dosis
(overdosis) : nafas sesak, denyut jantung dan nadi lambat, kulit teraba dingin,
nafas lambat/berhenti, meninggal
Bila sedang ketagihan
(putus zat/sakau) : mata dan hidung berair, menguap terus menerus, diare, rasa
sakit diseluruh tubuh, takut air sehingga malas mandi, kejang, kesadaran menurun.
Pengaruh jangka
panjang, penampilan tidak sehat, tidak peduli terhadap kesehatan dan
kebersihan, gigi tidak terawat dan kropos, terhadap bekas suntikan pada lengan
atau
bagian tubuh lain (pada
pengguna dengan jarum suntik).
2. Perubahan Sikap dan
Perilaku
Prestasi sekolah
menurun,sering tidak mengerjakan tugas sekolah, sering membolos, pemalas,
kurang bertanggung jawab.
Pola tidur berubah, begadang, sulit
dibangunkan pagi hari, mengantuk dikelas atau tampat kerja.
Sering berpegian sampai
larut malam,kadang tidak pulang tanpa memberi tahu lebih dulu
Sering mengurung diri,
berlama-lama dikamar mandi, menghindar bertemu dengan anggota keluarga lain
dirumah
Sering mendapat telepon dan didatangi orang
tidak dikenal oleh keluarga, kemudian menghilang
Sering berbohong dan
minta banyak uang dengan berbagai alasan tapi tak jelas penggunaannya,
mengambil dan menjual barang berharga milik sendiri atau milik keluarga,
mencuri, terlibat tindak kekerasan atau berurusan dengan polisi.
Sering bersikap
emosional, mudah tersinggung, marah, kasar sikap bermusuhan, pencuriga, tertutup
dan penuh rahasia.
Alat Yang Digunakan
Ada beberapa peralatan yang dapat menjadi petunjuk bahwa seseorang mempunyai
kebiasaan menggunakan jenis NAPZA tertentu. Misalnya pada pengguna Heroin, pada
dirinya, dalam kamarnya, tasnya atau laci meja terdapat antara lain :
Jarum suntik insulin
ukuran 1 ml,kadang-kadang dibuang pada saluran air di kamar mandi,
Botol air mineral bekas
yang berlubang di dindingnya,
Sedotan minuman dari
plastic
Gulungan uang kertas,yang digulung untuk
menyedot heroin atau kokain
Kertas timah bekas bungkus rokok atau permen
karet, untuk tempat heroin dibakar.
Kartu telepon, untuk memilah bubuk heroin,
Botol-botol kecil sebesar jempol,dengan pipa pada dindingnya.
Komplikasi Dari
Penyalahgunaan NAPZA
Komplikasi yang bisa terjadi pada pengguna NAPZA antara
lain : HIV infeksi,
Hepatitis B dan C, Gastritis, Penyakit kulit kelamin, Bronchitis dan Chirosis
hepatis.
Masalah kesehatan yang muncul : depresi system pernafasan, depresi pusat
pengatur kesadaran, kecemasan yang sangat berat sampai panic, perilaku agresif,
gangguan daya ingat, gangguan ADL, gangguan system musculoskeletal missal nyeri
sendi dan otot, serta perilaku mencederai diri.
Tujuan Terapi dan Rehabilitasi
Abstinensia atau menghentikan sama sekali
penggunaan NAPZA. Tujuan ini tergolong sangat ideal,namun banyak orang tidak
mampu atau mempunyai motivasi untuk mencapai tujuan ini, terutama kalau ia baru
menggunakan NAPZA pada fase-fase awal. Pasien tersebut dapat ditolong dengan
meminimasi efek-efek yang langsung atau tidak langsung dari NAPZA. Sebagian
pasien memang telah abstinesia terhadap salah satu NAPZA tetapi kemudian
beralih untuk menggunakan jenis NAPZA yang lain.
Pengurangan frekuensi
dan keparahan relaps Sasaran utamanya adalah pencegahan relaps .Bila pasien
pernah menggunakan satu kali saja setelah “clean” maka ia disebut “slip”. Bila
ia menyadari kekeliruannya,dan ia memang telah dobekali ketrampilan untuk
mencegah pengulangan penggunaan kembali, pasien akan tetap mencoba bertahan
untuk selalu abstinensia. Pelatihan relapse prevention programe, Program terapi
kognitif, Opiate antagonist maintenance therapy dengan naltreson merupakan beberapa
alternatif untuk mencegah relaps.
Memperbaiki fungsi
psikologi dan fungsi adaptasi sosial. Dalam kelompok ini,abstinensia bukan
merupakan sasaran utama. Terapi rumatan (maintence) metadon merupakan pilihan
untuk mencapai sasaran terapi golongan ini.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN PENGGUNAAN ZAT PSIKOAKTIF
1. KASUS
2. Pengkajian
Pengkajian
Fisik :
Data fisik yang mungkin ditemukan pada klien dengan penggunaaan NAPZA pada saat
pengkajian adalah sebagai berikut : Nyeri, gangguan pola tidur, menurunnya
selera makan, konstipasi, diarhe, perilaku sek melanggar norma, kemunduran
dalam kebersihan diri, potensial komplikasi , jantung, hati dsb. Infeksi pada
paru-paru.
Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah agar klien mampu untuk teratur
dalam pola hidupnya.
Emosional
Perasaan gelisah (takut kalau diketahui), tidak percaya diri, curiga dan tidak
berdaya. Sasaran yang ingin dicapai adalah agar klien mampu untuk mengontrol dan
mengendalikan diri sendiri.
Sosial
Lingkungan sosial yang biasa akrab dengan klien biasanya adalah teman pengguna
zat, anggota keluarga lain pengguna zat, lingkungan sekolah atau kampus yang digunakan
oleh para pengedar.
Intelektual
Pikiran yang selalu ingin menggunakan zat adikitif, perasaan ragu untuk
berhenti, aktivitas sekolah atau kuliah menurun sampai berhenti, pekerjaan
terhenti. Sasaran yang ingin dicapai adalah agar klien mampu untuk konsentrasi
dan meningkatkan daya pikir ke hal-hal yang posistif.
Spiritual
Kegiatan keagamaan tidak ada, nilai-nilai kebaikan ditinggalkan karena
perubahan perilaku (tidak jujur, mencuri, mengancam dan lain-lain). Sasaran
yang ingin dicapai adalah mampu meningkatkan ibadah , pelaksanaan nilai-nilai
kebaikan.
Keluarga
Ketakutan akan perilaku klien, malu pada masyarakat, penghamburan dan
pengurasan secara ekonomi oleh klien, komunikasi dan pola asuh tidak efektif,
dukungan moril terhadap klien tidak terpenuhi. Sasaran yang hendak dicapai
adalah keluarga mampu merawat klien yang pada akhirnya mencapai tujuan utama
yaitu mengantisipasi terjadinya kekambuhan (relaps).
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan
menurut NANDA (The American Nursing Diagnosis Association) :
Gangguan persepsi
sensori pada penggunaan halusinogen sehubungan dengan tekanan teman sebaya,
dimanifestasikan dengan berteriak dan menutup telinga bila ditinggal sendiri di
kamar
Gangguan proses
berfikir pada penggunaan alkohol sehubungan dengan tekanan dari hukum dan
tuntutan dari keluarga dimanifestasikan dengan bingung dan kurang sadar
Gangguan persepsi
sensori visual pada penggunaan alkohol sehubungan dengan hilangnya pekerjaan
dan ditolak keluarga
Gangguan hubungan sosial ; manipulatif
sehubungan dengan kondisi putus zat adiktif
Gangguan konsep diri ;
harga diri yang rendah sehubungan dengan ketidakmampuan mengatasi masalahanya
Gangguan konsep diri
sehubungan dengan menggunakan mekanisme pertahanan diri ; denial agar tetap
menggunakan obat
Gangguan konsep diri
harga diri rendah sehubungan dengan tidak mampu mengenal kualitas yang positif
dari diri sendiri
Ganguan pemusatan
perhatian sehubungan dengan dampak penggunaan zat adiktif
Gangguan aktifitas
pemenuhan kebutuhan sehari-hari sehubungan dengan dampak penggunaan zat adiktif
Partisipasi keluarga
yang kurang dalam pengobatan klien sehubungan dengan kurangnya pengetahuan
Potesial mengancam
keamanan diri sehubungan dengan kondisi kondisi pemutusan zat sedatif hipnotik
Potensial memburuknya
kesadaran ; koma sehubungan dengan overdosis penggunaan sedatif hipnotik
Potensial gangguan
kardiovaskuler ; postural hipotensi sehubungan dengan intoksikasi sedatif
hipnotik
Gangguan
gastrointestinal ; mual , muntah, diarhe, sehubungan dengan kondisi pemutusan
zat adiktif
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Koping individu tidak
efektif sehubungan dengan tidak mampu mengatasi keinginan menggunakan zat
adiktif
Distress spiritual sehubungan dengan kurangnya
pengetahuan
Perubahan pemeliharaan
kesehatan dan ADL
Koping keluarga tidak
efektif sehubungan dengan pola asuh yang salah
Gangguan kesadaran
somnolent sehubungan dengan intoksikasi obat sedative hipnotik
INTERVENSI
no
|
DX
|
SP
|
|
Inter
|
IMPL
|
EV
|
|
|
|
|
1. A
2. 2
3. 3
4.
|
|
1. Bina hub saling paercaya
|
1. Membina hub saling
|
soap
|
|
|
Koping individu tidak efektif sehubungan
dengan tidak mampu mengatasi keinginan menggunakan zat adiktif
Tujuan : klien mampu untuk mengatasi keinginan menggunakan zat adiktif
Individu :
Identifikasi situasi
yang menyebabkan timbulnya sugesti
Identifikasi perilaku ketika sugesti dating
Diskusikan cara
mengalihkan pikiran dari sugesti yang lebih positif
Bantu klien mengekspresikan
perasaannya
Kelompok :
Diskusikan pengalaman
mengucapkan kata-kata yang mengandung semangat menghindari zat adiktif
Keluarga :
Motivasi keluarga untuk
membantu klien mampu jujur bila sugestinya dating
Diskusikan upaya
keluarga membantu klien mengurangi sugesti
Bantu suasana mendukung
keakraban di rumah
Distress spiritual
sehubungan dengan kurangnya pengetahuan
Tujuan : klien meningkatkan kegiatan spiritual
Klien :
Bantu mengidentifikasi
kebutuhan spiritual
Identifikasi arti
keyakinan keagamaan
Motivasi menjalankan
keagamaan
Kelompok :
Diskusikan nilai-nilai
kebaikan
Lakukan kegiatan ibadah
bersama
Keluarga :
Diskusikan pentingnya
kegiatan keagamaan
Bantu menyiapkan
kegiatan keagamaan di rumah
Motivasi orang tua
sebagai contoh untuk kegiatan keagamaan
Perubahan pemeliharaan
kesehatan dan ADL
Tujuan : klien mampu mengambil keputusan merubah dan memperbaiki gaya hidupnya
Klien :
Identifikasi gaya hidup
selama menggunakan zat adiktif
Diskusikan kerugian gaya
hidup pengguna zat adiktif
Bantu kebiasaan mengontrol
penggunaan zat/merokok
Bantu latihan gaya
hidup sehat : makan, mandi dan tidur teratur
Kelompok :
Diskusikan gaya hidup sehat
dan manfaatnya
Keluarga
Identifikasi gaya hidup keluarga
Diskusikan keluarga
sebagai model dan tempat berlatih untuk hidup sehat
Koping keluarga tidak
efektif sehubungan dengan pola asuh yang salah
Tujuan : keluarga mampu memberikan kenyamanan pada klien sehingga mampu
berhenti menggunakan zat adiktif
Kelompok :
Beri kesempatan untuk
mengekspresikan perasaan
Diskusikan cara
menghadapi perilaku klien dan rencana sebelum pulang
Bantu mencapai
kesepakatan tndak lanjut perawatan rehabilitasi mental
Keluarga :
Identifikasi penerimaan
keluarga terhadap masalah
Bantu menerima masalah
Identifikasi harapan
untuk sembuh total
Bantu respon keluarga
bila klien menggunakan zat adiktif
Bantu keluarga latihan
mengucapkan kata-kata yang menghargai dan mendukung klien untuk berhenti
Gangguan kesadaran
somnolent sehhubungan dengan intoksikasi obat sedative hipnotik
Tujuan : klien mampu melakukan interaksi dan memberikan respon terhadap stimulus
secara optimal
Klien :
Observasi tanda-tanda vital
terutama kesadaran
Bekerja sama dengan
dokter dalam pemberian terapi mediS
Memberikan rasa nyaman dan aman dengan
pengaturan posisi
Menjaga keselamatan
diri klien selama kesadaran terganggu
Observasi keseimbangan
cairan
Keluarga :
Berikan penjelasan
tentang pengaruh zat adiktif terhadap kondisi fisik, social dan emosional klien
EVALUASI
Evaluasi
kemamapuan klien dalam mengatasi keinginan menggunakan zat misalnya dalam
pikiran klien sudah tergambar masa depan yang lebih baik (tanpa zat), hdup yang
lebih berharga dan keyakinan tidak akan lagi menggunakan zat. Perilaku klien
untuk mengatakan tidak terhadap tawaran penggunaan zat dan menyuruh pergi.
Evaluasi apakah hubungan klein dengan keluarga sudah terbina saling percaya dan
kesempatan untuk saling mendukung melakukan komunikasai yang lebih efektif
untuk sama-sama mengatasi keinginan menggunakan zat lagi oleh klien, serta
masalah yang timbul akibat penggunaan zat.
BAB
IV
1. KESIMPULAN
Narkoba adalah obat obatan terlarang yang
jika dikonsumsi mengakibatkan kecanduan dan jika terlalu
lama dan sudah ketergantungan narkoba maka lambat laun organ dalam
tubuh akan rusak dan jika sudah melebihi takaran maka pengguna itu akan
overdosis dan akhirnya kematian.
Narkoba
pun ada berbagai jenis seperti: heroin, ganja, putaw, kokain, sabu-sabu,dan
alkoholpun termasuk dalam golongan narkoba.
Manfaat
yang dirasakan hanyalah sesaat. Tapi mudhorotnya jelas banyak sekali. Banyak
organ tubuh menjadi rusak. palagi bila pakai obat bius. Dalah-salah pada saat
operasi (karena suatu kejadian) bakal tak mampu lagi bius bagi para
penggunanya. Yang pasti biaya untuk bisa mengkonsumsi barang-barang haram itu,
sangatlah mahal. Salah-salah bisa masuk bui, kalau ketangkep aparat.
2.
SARAN
Diharapkan
setelah penulis menyusun makalah ini masyarakat sadar akan bahayanya
mengkonsumsi narkoba dan menyalah gunakan narkoba.
Karena
jika salah seorang sudah menggunakan narkoba dan kecanduan, orang tersebut akan
mengalami jantung yang berdebar-debar, mering menguap, mengeluarkan air mata
berlebihan, mengeluarkan keringat berlebihan, mengalami nyeri kepala, mengalami
nyeri/nilu sendi-sendi.
BAB V
DAFTAR
PUSTAKA
Allen K.M. (1996) Nursing Care of the Addicted Client. Philadelphia: Lippincott
Stuart Sundeen (1998) Principles and Practice of Psychiatric Nursing , St
Louis:
Mosby Year Book
Smith, CM., (1995) Community Health Nursing; Theory and Practice .
Philadelphia: W.B. Saunders Company