Kamis, 12 Juli 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NAPZA


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Alloh SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NAPZA” Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Dosen pembimbing.
 
 DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………    
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………..     
BAB I         PENDAHULUAN ……………………………………………………..    
1.    Latar belakang  ………………………………………………………………     
2.    Tujuan ……………………………………………………………     

BAB II       NARKOBA …………….………………………………………………     
1.    Pengertian NAPZA …………………………………………………………….     
2.    Jenis NAPZA……………………..………………………………………………     
3.    Golongan NAPZA ………………………………………………………………..…     
4.    Penyebab penyalahgunaan NAPZA
5.     Tanda dan Gejala…………………………………………………………….     
6.    Ciri - Ciri………………………………………………     
7.    Akibat penyalahgiunaan NAPZA
8.    Gejala klinis
9.    komplikasi………………………………………………………………     
BAB III 
1.    Askep pada klien dengan penggunaan zat psokoaktif……………………………………………..……………….    
2.    Pengkajian …………………………………………………………………….     
3.    Diagnosa ………………………………………..………………………………     
4.    Intervensi....................................................................................................
5.    Evaluasi.....................................................................................................
BAB IV
1.    Kesimpulan ................................................................................................
2.    Saran...........................................................................................................
BAB V
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………     


BAB I
PENDAHULIAN
1.    Latar bEl;akang
2.    Tujuan
Di beberapa negara tumbuhan ini tergolong narkotika, walau tidak terbukti bahwa pemakainya menjadi kecanduan, berbeda dengan obat-obatan terlarang yang berdasarkan bahan kimiawi dan merusak sel-sel otak, yang sudah sangat jelas bahayanya bagi umat manusia. Di antara pengguna ganja, beragam efek yang dihasilkan, terutama euphoria (rasa gembira) yang berlebihan, serta hilangnya konsentrasi untuk berpikir di antara para pengguna tertentu.
Efek negatif secara umum adalah bila sudah menghisap maka pengguna akan menjadi malas dan otak akan lamban dalam berpikir. Namun, hal ini masih menjadi kontroversi, karena tidak sepenuhnya disepakati oleh beberapa kelompok tertentu yang mendukung medical marijuana dan marijuana pada umumnya. Selain diklaim sebagai pereda rasa sakit, dan pengobatan untuk penyakit tertentu (termasuk kanker), banyak juga pihak yang menyatakan adanya lonjakan kreatifitas dalam berfikir serta dalam berkarya (terutama pada para seniman dan musisi.
Berdasarkan penelitian terakhir, hal ini (lonjakan kreatifitas), juga di pengaruhi oleh jenis ganja yang digunakan. Salah satu jenis ganja yang dianggap membantu kreatifitas adalah hasil silangan modern “Cannabis indica” yang berasal dari India dengan “Cannabis sativa” dari Barat, dimana jenis Marijuana silangan inilah yang merupakan tipe yang tumbuh di Indonesia.
Efek yang dihasilkan juga beragam terhadap setiap individu, dimana dalam golongan tertentu ada yang merasakan efek yang membuat mereka menjadi malas, sementara ada kelompok yang menjadi aktif, terutama dalam berfikir kreatif (bukan aktif secara fisik seperti efek yang dihasilkan Methamphetamin). Marijuana, hingga detik ini, tidak pernah terbukti sebagai penyebab kematian maupun kecanduan. Bahkan, di masa lalu dianggap sebagai tanaman luar biasa, dimana hampir semua unsur yang ada padanya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Hal ini sangat bertolak belakang dan berbeda dengan efek yang dihasilkan oleh obat-obatan terlarang dan alkohol, yang menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan hingga tersiksa secara fisik, dan bahkan berbuat kekerasan maupun penipuan (aksi kriminal) untuk mendapatkan obat-obatan kimia buatan manusia itu.
TUJUAN
1.    Untuk  mengetahui  apa itu narkoba.
2.    Untuk  mengetahui  bagaimana penyebaran narkoba di kalangan masyarakat.
3.    Untuk mengetahui efek dari narkoba.
4.    Untuk  mengetahui  jenis-jenis  narkoba.


A. LATAR BELAKANG

Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya (NAPZA) atau istilah

yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA (Narkotika dan Bahan/ Obat

berbahanya) merupakan masalah yang sangat kompleks, yang memerlukan upaya

penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama multidispliner,

multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara

berkesinambungan, konsekuen dan konsisten.Meskipun dalam Kedokteran, sebagian besar

golongan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) masih bermanfaat bagi

pengobatan, namun bila disalahgunakan atau digunakan tidak menurut indikasi medis atau

standar pengobatan terlebih lagi bila disertai peredaran dijalur ilegal, akan berakibat sangat

merugikan bagi individu maupun masyarakat luas khususnya generasi muda. Maraknya

penyalahgunaan NAPZA tidak hanya dikota-kota besar saja, tapi sudah sampai ke kota-kota

kecil diseluruh wilayah Republik Indonesia, mulai dari tingkat sosial ekonomi menengah

bawah sampai tingkat sosial ekonomi atas. Dari data yang ada, penyalahgunaan NAPZA

paling banyak berumur antara 15–24 tahun. Tampaknya generasi muda adalah sasaran

strategis perdagangan gelap NAPZA. Oleh karena itu kita semua perlu mewaspadai bahaya

dan pengaruhnya terhadap ancaman kelangsungan pembinaan generasi muda. Sektor

kesehatan memegang peranan penting dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan

NAPZA.

Promotif, Preventif, Terapi dan Rehabilitasi.

Peran penting sektor kesehatan sering tidak disadari oleh petugas kesehatan itu sendiri,

bahkan para pengambil keputusan, kecuali mereka yang berminat dibidang kesehatan jiwa,

khususnya penyalahgunaan NAPZA. Bidang ini perlu dikembangkan secara lebih

profesional, sehingga menjadi salah satu pilar yang kokoh dari upaya penanggulangan

penyalahgunaan NAPZA. Kondisi diatas mengharuskan pula Puskesmas sebagai ujung

tombak pelayanan kesehatan dapat berperan lebih proaktif dalam upaya penanggulangan

penyalahgunaan NAPZA di masyarakat. Dari hasil identifikasi masalah NAPZA dilapangan

melalui diskusi kelompok terarah yang dilakukan Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat

bekerja sama dengan Direktorat Promosi Kesehatan – Ditjen Kesehatan Masyarakat

Depkes-Kesos RI dengan petugas-petugas puskesmas di beberapa propinsi yaitu DKI

Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, Bali ternyata pengetahuan petugas puskesmas

mengenai masalah NAPZA sangat minim sekali serta masih kurangnya buku yang dapat

dijadikan pedoman.






BAB II
Asuhan keperawatan pada klien NAPZA
1.    DEFENISI
 NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat,sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA. Istilah NAPZA umumnya digunakan oleh sektor pelayanan kesehatan, yang menitik beratkan pada upaya penanggulangan dari sudut kesehatan fisik, psikis, dan sosial. NAPZA sering disebut juga sebagai zat psikoaktif, yaitu zat yang bekerja pada otak, sehingga menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, dan pikiran.
Rentang respon gangguan penggunaan NAPZA ini berfluktuasi dari kondisi yang ringan sampai yang berat, indikator rentang respon ini berdasarkan perilaku yang ditampakan oleh remaja dengan ganggua penggunaan zat adiktif sebagai berikut :
1. Respon adaptif
2. Respon maladaptive
3. Eksperimental Rekreasional Situasional Penyalahgunaan ketergantungan
 Eksperimental : Kondisi pengguna taraf awal, yang disebabkan rasa ingin tahu dari remaja. Sesuai kebutuhan pada masa tumbuh kembangnya, ia biasanya ingin mencari pengalaman yang baru atau sering pula dikatakan taraf coba-coba.
 Rekreasional : Penggunaan zat adiktif pada waktu berkumpul dengan dengan teman sebaya. Misalnya pada waktu pertemuan malam mingguan, acara ulang tahun, Penggunaan ini mempunyai tujuan rekreasi bersama teman-temannya.
Situasional : Mempunyai tujuan secara individual, sudah merupakan kebutuhan bagi dirinya sendiri. Seringkali penggunaan ini merupakan cara untuk melarikan diri atau mengatasi masalah yang dihadapi. Misalnya individu menggunakan zat pada saat sedang konflik stress dan frustasi.


 Penyalahgunaan : Penggunaan zat yang sudah cukup patologis, sudah mulai digunakan secara rutin, minimal selama 1 bulan, sudah terjadi penyimpangan perilaku mengganggu fungsi dalam peran di lingkungan sosial : pendidikan dan pekerjaan.
 Ketergantungan : Penggunaan zat yang sudah cukup berat, telah terjadi ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai dengan adanya Toleransi dan Syndroma putus zat ; Suatu kondisi dimana individu yang yang biasa menggunakan zat adiktif secara rutin, pada dosis tertentu menurunkan jumlah zat yang digunakan atau berhenti memakai,sehingga menimbulkan kumpulan gejala sesuai dengan macam zat yang digunakan, Sedangkan Toleransi ; suatu kondisi dari individu yang mengalami peningkatan dosis (jumlah zat), untuk mencapai tujuan yang biasa diinginkannya.

2.    JENIS NAPZA
 Heroin : Serbuk putih seperti tepung yang bersifat opioid atau menekan nyeri dan juga depresan SSP.
 Kokain : Di olah dari pohon Coca yang punya sifat halusinogenik.
 Putau : golongan heroin, berbentuk bubuk.
 Ganja : berisi zat kimia delta-9-tetra hidrokanbinol, berasal dari daun Cannabis yang dikeringkan, Konsumsi dengan cara dihisap seperti rokok tetapi menggunakan hidung
Shabu-shabu: kristal yang berisi methamphetamine, dikonsumsi dengan menggunakan alat khusus yang disebut Bong kemudian dibakar.
Ekstasi: methylendioxy methamphetamine dalam bentuk tablet atau kapsul, mampu meningkatkan ketahanan seseorang (disalahgunakan untuk aktivitas seksual dan aktivitas hiburan dimalam hari).
 Diazepam,Nipam, Megadon : obat yang jika dikonsumsi secara berlebih menimbulkan efek halusinogenik.
Alkohol : minuman yang berisi produk fermentasi menghasilkan etanol, dengan kadar diatas 40 % mampu menyebabkan depresi susunan saraf pusat, dalam kadar tinggi bisa memicu Sirosis hepatic, hepatitis alkoholik maupun gangguan system persarafan.


Golongan NAPZA
 NARKOTIKA (Menurut Undang-Undang RI Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika).
NARKOTIKA : adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

NARKOTIKA dibedakan kedalam golongan-golongan :
 Narkotika Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan, (Contoh : heroin/putauw, kokain, ganja).
 Narkotika Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan (Contoh : morfin, petidin).
Narkotika Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan (Contoh : kodein).
Narkotika yang sering disalahgunakan adalah Narkotika Golongan I :
- Opiat : morfin, herion (putauw), petidin, candu, dan lain-lain
- Ganja atau kanabis, marihuana, hashis
- Kokain, yaitu serbuk kokain, pasta kokain, daun koka.

PSIKOTROPIKA (Menurut Undang-undang RI No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika).
PSIKOTROPIKA : adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. PSIKOTROPIKA dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut :


PSIKOTROPIKA GOLONGAN I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. (Contoh : ekstasi, shabu, LSD)
PSIKOTROPIKA GOLONGAN II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi, dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan . ( Contoh amfetamin, metilfenidat atau ritalin).
PSIKOTROPIKA GOLONGAN III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan (Contoh : pentobarbital, Flunitrazepam).
 PSIKOTROPIKA GOLONGAN IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan (Contoh : diazepam, bromazepam, Fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil BK, pil Koplo, Rohip, Dum, MG).
Psikotropika yang sering disalahgunakan antara lain :
- Psikostimulansia : amfetamin, ekstasi, shabu
- Sedatif & Hipnotika (obat penenang, obat tidur): MG, BK, DUM, Pil koplo dan lain-lain
- Halusinogenika : Iysergic acid dyethylamide (LSD), mushroom.
ZAT ADIKTIF : adalah Suatu bahan atau zat yang apabila digunakan dapat menimbulkan kecanduan atau ketergantungan.
ZAT PSIKOAKTIF : Golongan zat yang bekerja secara selektif, terutama pada otak sehingga dapat menimbulkan perubahan pada : perilaku, emosi, kognitif, persepsi, kesadaran seseorang. Ada 2 jenis psikoaktif :
Bersifat Adiksi
- Golongan Opioida : Morfin, Heroin (Putaw), candu, Codein, Petidin
- Golongan Kanabis : Ganja (Mariyuana), minyak hassish
- Golongan Kokain : Serbuk kokain dan daun koka
- Golongan Alkohol : Semua minuman yang mengandung Ethyl alkohol : Brandy, bir, Wine, Whisky, Cognac, Brem, tuak, Anggur ortu (AO), dsb.
- Golongan Sedatif Hipnotik : BK, Rohypnol, Magadon, Dumolid, Nipam, Madrax
- Golongan MDA (Methylene Dioxy Ampethamine) : Ampetamine benzedrine, Dexedrine
- Golongan MDMA (Methylene dioxy meth Ampetahamine) : Extacy
- Golongan halusinogen : LSD, Meskaloin, Mushrom, Kecubung
- Gologan Solven dan inhalansia : Aica Aibon (Glue) Saceton, Thiner, N2O
- Nikotine : tembakau
- Kafein: Kopi dan the
- Golongan lainnya.
 Bersifat Non Adiksi : Obat neuroleptika untuk kasus gangguan jiwa psikotik, obat anti depresi.
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan NAPZA dapat digolongkan menjadi tiga golongan :
Golongan Depresan (Downer)
Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini menbuat pemakaiannya merasa tenang, pendiam dan bahkan membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri. Golongan ini termasuk Opioida (morfin, heroin/putauw, kodein), Sedatif (penenang), hipnotik (otot tidur), dan tranquilizer (anti cemas) dan lain-lain.
 Golongan Stimulan (Upper)
Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi aktif, segar dan bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah : Amfetamin (shabu, esktasi), Kafein, Kokain.



Golongan Halusinogen
Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu. Golongan ini tidak digunakan dalam terapi medis.

Penyebab Penyalahgunaan NAPZA
Penyebabnya sangatlah kompleks akibat interaksi berbagai faktor
Faktor individual : Kebanyakan dimulai pada saat remaja, sebab pada remaja sedang mengalami perubahan biologi, psikologi maupun sosial yang pesat. Ciri – ciri remaja yang mempunyai resiko lebih besar menggunakan NAPZA :
Cenderung memberontak
Memiliki gangguan jiwa lain, misalnya : depresi, cemas.
Perilaku yang menyimpang dari aturan atau norma yang ada
Kurang percaya diri
Mudah kecewa, agresif dan destruktif
 Murung, pemalu, pendiam
Merasa bosan dan jenuh
Keinginan untuk bersenang – senang yang berlebihan
Keinginan untuk mencaoba yang sedang mode
Identitas diri kabur
Kemampuan komunikasi yang rendah
Putus sekolah
Kurang menghayati iman dan kepercayaan
Faktor Lingkungan : Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan baik sekitar rumah, sekolah, teman sebaya, maupun masyarakat.


Lingkungan Keluarga :
Komunikasi orang tua dan anak kurang baik
Hubungan kurang harmonis
Orang tua yang bercerai, kawin lagi
Orang tua terlampau sibuk, acuh
Orang tua otoriter
Kurangnya orang yang menjadi teladan dalam hidupnya
Kurangnya kehidupan beragama.
Lingkungan Sekolah :
Sekolah yang kurang disiplin
 Sekolah terletak dekat tempat hiburan
 Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan diri secara kreatif dan positif
Adanya murid pengguna NAPZA.
Lingkungan Teman Sebaya :
 Berteman dengan penyalahguna
Tekanan atau ancaman dari teman.
 Lingkungan Masyrakat / Sosial :
Lemahnya penegak hukum
 Situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung.





 Tanda dan Gejala Penggunaan NAPZA
 Tanda-tanda di rumah :
Hilangnya minat dalam aktifitas keluarga.
Tidak patuh terhadap aturan keluarga.
 Hilang/berkurangnya rasa tanggung jawab.
Bersikap kasar baik secara verbal maupun fisik
 Menurun/meningkatnya nafsu makan secara tiba-tiba.
Mengaku sering kehilangan barang atau uang.
Tidak pernah pulang ke rumah tepat waktu.
Tidak mengatakan kepada siapapun kemana mereka pergi.
Terus-menerus meminta maaf terhadap segala perbuatannya.
Menghabiskan banyak waktunya berdiam diri di dalam kamar bila sedang di rumah.
Sering berbohong mengenai aktifitas mereka
 Menemukan benda-benda, seperti kertas pembungkus rokok, pipa hisap, gelas kecil, sisa-sisa serbuk maupun jarum suntik dan lain-lainnya yang mencurigakan.
Tanda-tanda di sekolah/tempat kerja :
Sering tiba-tiba pingsan di sekolah/tempat kerja.
Acapkali bolos masuk sekolah/kerja.
Kehilangan minat dalam kegiatan belajar.
Tertidur di dalam kelas/saat bekerja
 Buruk dalam penampilan sehari-hari
Tidak pernah mengerjakan tugas pekerjaan rumah.
Tidak mematuhi bahkan menentang aturan sekolah/otoritas.
Perilaku yang buruk di setiap kegiatan sekolah/pekerjaan
 Penurunan konsentrasi, perhatian dan memori.
Tidak pernah memberitahukan orang tua/wali jika ada pemanggilan/pertemuan dengan guru.

Tanda-tanda kelainan fisik dan emosional :
Teman/kelompok sering berganti-ganti.
Pasangan/pacar yang juga sering berganti-ganti.
Tercium bau-bauan aneh seperti bau alkohol, mariyuana, dan rokok dari nafas atau badan.
Perubahan perilaku dan mood yang tidak dapat dijelaskan.
Sering melawan aturan, bersikap negatif, paranoid (ketakutan dan curiga), destruktif (merusak), tampak cemas.
Tidak pernah tampak kegembiraan seperti yang seharusnya
 Selalu tampak lelah/hiperaktif yang berlebihan.
Penurunan/peningkatan berat badan yang drastis.
Kadang tampak depresi, mudah sedih dan tertekan.
Seringkali menipu, berbohong atau kedapatan mencuri.
Mengaku memerlukan uang/sebaliknya merasa punya uang lebih.
Umumnya penampilannya kotor dan tidak terurus.







Gejala yang timbul diantaranya : bicara cadel, gerakan tidak terkoordinir, kesadaran menurun, vertigo, dilatasi pupil, jalan sempoyongan, konjungtiva merah, nafsu makan bertambah, mullut kering, denyut jantung cepat, panik, curiga, banyak keringat, mual muntah, halusinasi dan mengantuk.
Dan jika putus zat maka gejala yang terjadi sebagai berikut : gelisah, berkeringat, denyut jantung cepat, tremor ditangan, mual muntah, kejang otot, cemas, agresif, halusinasi, delirium, insomnia, pupil melebar, murung, depresi berat dan ada tindakan bunuh diri.

Ciri-ciri Pengguna NAPZA
 Ciri-ciri Ketergantungan NAPZA
 Keinginan yang tak tertahankan untuk mengkonsumsi salah satu atau lebih zat yang tergolong NAPZA.
Kecenderungan untuk menambah dosis sejalan dengan batas toleransi tubuh yang meningkat.
 Ketergantungan psikis, yaitu apabila penggunaan NAPZA dihentikan akan menimbulkan kecemasan, depresi dan gejala psikis lain.
Ketergantungan fisik, yaitu apabila pemakaian dihentikan akan menimbulkan gejala fisik yang disebut gejala putus zat (withdrawal syndrome). Withdrawal Syndrome terlihat dari beberapa aktivitas fisik seperti orang yang mengalami sakaratul maut, meronta, berteriak maupun melakukan aktivitas lain yang menunjukkan bentuk bahwa dia membutuhkan sebuah zat psikotropika. 








 Ciri-ciri Pengguna NAPZA
 Ciri Fisik
 Berat badan turun drastis
 Mata cekung dan merah, muka pucat dan bibir kehitaman.
Buang air besar dan air kecil kurang lancar.
Sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas.
Tanda berbintik merah seperti bekas gigitan nyamuk dan ada bekas luka sayatan.
Terdapat perubahan warna kulit di tempat bekas suntikan.
Sering batuk-pilek berkepanjangan.
 Mengeluarkan air mata yang berlebihan.
Mengeluarkan keringat yang berlebihan.
Kepala sering nyeri, persendian ngilu.

 Ciri Emosi
Sangat sensitif dan cepat bosan.
 Jika ditegur atau dimarahi malah membangkang.
Mudah curiga dan cemas.
Emosinya naik turun dan tidak ragu untuk memukul atau berbicara kasar kepada orang disekitarnya, termasuk kepada anggota keluarganya. Ada juga yang berusaha menyakiti diri sendiri.





Ciri Perilaku
 Malas dan sering melupakan tanggung jawab/tugas rutinnya.
Menunjukkan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga.
Di rumah waktunya dihabiskan untuk menyendiri di kamar, toilet, gudang, kamar mandi, ruang-ruang yang gelap.
 Nafsu makan tidak menentu.
Takut air, jarang mandi.
Sering menguap.
Sikapnya cenderung jadi manipulatif dan tiba-tiba bersikap manis jika ada maunya, misalnya untuk membeli obat.
Sering bertemu dengan orang-orang yang tidak dikenal keluarga, pergi tanpa pamit dan pulang lewat tengah malam.
Selalu kehabisan uang, barang-barang pribadinya pun hilang dijual
 Suka berbohong dan gampang ingkar janji.
Sering mencuri baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun pekerjaan.

Ciri-ciri Kecanduan NAPZA
Air mata berlebhan
Banyak lender dari hidung
Diare
Bulu kuduk berdiri
Sukar tidur
 Menguap
Jantung berdebar-debar
Ngilu pada sendi

 Akibat Penyalahgunaan NAPZA
3 (tiga) aspek akibat langsung penyalahgunaan NAPZA antara lain :
Secara fisik
Penggunaan NAPZA akan mengubah metabolisme tubuh seseorang. Hal ini terlihat dari peningkatan dosis yang semakin lama semakin besar dan gejala putus obat. Keduanya menyebabkan seseorang untuk berusaha terus-menerus mengkonsumsi NAPZA.
Secara psikis
Berkaitan dengan berubahnya beberapa fungsi mental, seperti rasa bersalah, malu dan perasaan nyaman yang timbul dari mengkonsumsi NAPZA. Cara yang kemudian ditempuh untuk beradaptasi dengan perubahan fungsi mental itu adalah dengan mengkonsumsi lagi NAPZA.
Secara social
Dampak sosial yang memperkuat pemakaian NAPZA. Proses ini biasanya diawali dengan perpecahan di dalam kelompok sosial terdekat seperti keluarga, sehingga muncul konflik dengan orang tua, teman-teman, pihak sekolah atau pekerjaan. Perasaan dikucilkan pihak-pihak ini kemudian menyebabkan si penyalahguna bergabung dengan kelompok orang-orang serupa, yaitu para penyalahguna NAPZA juga.

 Gejala Klinis Penyalahgunaan NAPZA
1. Perubahan Fisik
Gejala fisik yang terjadi tergantung jenis zat yang digunakan, tapi secara umum dapat digolongkan sebagai berikut :

Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo (cadel), apatis (acuh tak acuh), mengantuk, agresif, curiga
Bila kelebihan dosis (overdosis) : nafas sesak, denyut jantung dan nadi lambat, kulit teraba dingin, nafas lambat/berhenti, meninggal
Bila sedang ketagihan (putus zat/sakau) : mata dan hidung berair, menguap terus menerus, diare, rasa sakit diseluruh tubuh, takut air sehingga malas mandi, kejang, kesadaran menurun.
Pengaruh jangka panjang, penampilan tidak sehat, tidak peduli terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi tidak terawat dan kropos, terhadap bekas suntikan pada lengan atau
bagian tubuh lain (pada pengguna dengan jarum suntik).
2. Perubahan Sikap dan Perilaku
Prestasi sekolah menurun,sering tidak mengerjakan tugas sekolah, sering membolos, pemalas, kurang bertanggung jawab.
 Pola tidur berubah, begadang, sulit dibangunkan pagi hari, mengantuk dikelas atau tampat kerja.
Sering berpegian sampai larut malam,kadang tidak pulang tanpa memberi tahu lebih dulu
Sering mengurung diri, berlama-lama dikamar mandi, menghindar bertemu dengan anggota keluarga lain dirumah
 Sering mendapat telepon dan didatangi orang tidak dikenal oleh keluarga, kemudian menghilang
Sering berbohong dan minta banyak uang dengan berbagai alasan tapi tak jelas penggunaannya, mengambil dan menjual barang berharga milik sendiri atau milik keluarga, mencuri, terlibat tindak kekerasan atau berurusan dengan polisi.
Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, marah, kasar sikap bermusuhan, pencuriga, tertutup dan penuh rahasia.
 Alat Yang Digunakan
Ada beberapa peralatan yang dapat menjadi petunjuk bahwa seseorang mempunyai kebiasaan menggunakan jenis NAPZA tertentu. Misalnya pada pengguna Heroin, pada dirinya, dalam kamarnya, tasnya atau laci meja terdapat antara lain :
Jarum suntik insulin ukuran 1 ml,kadang-kadang dibuang pada saluran air di kamar mandi,
Botol air mineral bekas yang berlubang di dindingnya,
Sedotan minuman dari plastic
 Gulungan uang kertas,yang digulung untuk menyedot heroin atau kokain
 Kertas timah bekas bungkus rokok atau permen karet, untuk tempat heroin dibakar.
 Kartu telepon, untuk memilah bubuk heroin,
Botol-botol kecil sebesar jempol,dengan pipa pada dindingnya.

Komplikasi Dari Penyalahgunaan NAPZA
Komplikasi yang bisa terjadi pada pengguna NAPZA antara
lain : HIV infeksi, Hepatitis B dan C, Gastritis, Penyakit kulit kelamin, Bronchitis dan Chirosis hepatis.
Masalah kesehatan yang muncul : depresi system pernafasan, depresi pusat pengatur kesadaran, kecemasan yang sangat berat sampai panic, perilaku agresif, gangguan daya ingat, gangguan ADL, gangguan system musculoskeletal missal nyeri sendi dan otot, serta perilaku mencederai diri.





 Tujuan Terapi dan Rehabilitasi
 Abstinensia atau menghentikan sama sekali penggunaan NAPZA. Tujuan ini tergolong sangat ideal,namun banyak orang tidak mampu atau mempunyai motivasi untuk mencapai tujuan ini, terutama kalau ia baru menggunakan NAPZA pada fase-fase awal. Pasien tersebut dapat ditolong dengan meminimasi efek-efek yang langsung atau tidak langsung dari NAPZA. Sebagian pasien memang telah abstinesia terhadap salah satu NAPZA tetapi kemudian beralih untuk menggunakan jenis NAPZA yang lain.
Pengurangan frekuensi dan keparahan relaps Sasaran utamanya adalah pencegahan relaps .Bila pasien pernah menggunakan satu kali saja setelah “clean” maka ia disebut “slip”. Bila ia menyadari kekeliruannya,dan ia memang telah dobekali ketrampilan untuk mencegah pengulangan penggunaan kembali, pasien akan tetap mencoba bertahan untuk selalu abstinensia. Pelatihan relapse prevention programe, Program terapi kognitif, Opiate antagonist maintenance therapy dengan naltreson merupakan beberapa alternatif untuk mencegah relaps.
Memperbaiki fungsi psikologi dan fungsi adaptasi sosial. Dalam kelompok ini,abstinensia bukan merupakan sasaran utama. Terapi rumatan (maintence) metadon merupakan pilihan untuk mencapai sasaran terapi golongan ini.













BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN PENGGUNAAN ZAT PSIKOAKTIF
1.    KASUS
2.    Pengkajian
Pengkajian
Fisik :
Data fisik yang mungkin ditemukan pada klien dengan penggunaaan NAPZA pada saat pengkajian adalah sebagai berikut : Nyeri, gangguan pola tidur, menurunnya selera makan, konstipasi, diarhe, perilaku sek melanggar norma, kemunduran dalam kebersihan diri, potensial komplikasi , jantung, hati dsb. Infeksi pada paru-paru.
Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah agar klien mampu untuk teratur dalam pola hidupnya.
 Emosional
Perasaan gelisah (takut kalau diketahui), tidak percaya diri, curiga dan tidak berdaya. Sasaran yang ingin dicapai adalah agar klien mampu untuk mengontrol dan mengendalikan diri sendiri.
 Sosial
Lingkungan sosial yang biasa akrab dengan klien biasanya adalah teman pengguna zat, anggota keluarga lain pengguna zat, lingkungan sekolah atau kampus yang digunakan oleh para pengedar.
Intelektual
Pikiran yang selalu ingin menggunakan zat adikitif, perasaan ragu untuk berhenti, aktivitas sekolah atau kuliah menurun sampai berhenti, pekerjaan terhenti. Sasaran yang ingin dicapai adalah agar klien mampu untuk konsentrasi dan meningkatkan daya pikir ke hal-hal yang posistif.
 Spiritual
Kegiatan keagamaan tidak ada, nilai-nilai kebaikan ditinggalkan karena perubahan perilaku (tidak jujur, mencuri, mengancam dan lain-lain). Sasaran yang ingin dicapai adalah mampu meningkatkan ibadah , pelaksanaan nilai-nilai kebaikan.

Keluarga
Ketakutan akan perilaku klien, malu pada masyarakat, penghamburan dan pengurasan secara ekonomi oleh klien, komunikasi dan pola asuh tidak efektif, dukungan moril terhadap klien tidak terpenuhi. Sasaran yang hendak dicapai adalah keluarga mampu merawat klien yang pada akhirnya mencapai tujuan utama yaitu mengantisipasi terjadinya kekambuhan (relaps).

 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut NANDA (The American Nursing Diagnosis Association) :
Gangguan persepsi sensori pada penggunaan halusinogen sehubungan dengan tekanan teman sebaya, dimanifestasikan dengan berteriak dan menutup telinga bila ditinggal sendiri di kamar
Gangguan proses berfikir pada penggunaan alkohol sehubungan dengan tekanan dari hukum dan tuntutan dari keluarga dimanifestasikan dengan bingung dan kurang sadar
Gangguan persepsi sensori visual pada penggunaan alkohol sehubungan dengan hilangnya pekerjaan dan ditolak keluarga
 Gangguan hubungan sosial ; manipulatif sehubungan dengan kondisi putus zat adiktif
Gangguan konsep diri ; harga diri yang rendah sehubungan dengan ketidakmampuan mengatasi masalahanya
Gangguan konsep diri sehubungan dengan menggunakan mekanisme pertahanan diri ; denial agar tetap menggunakan obat
Gangguan konsep diri harga diri rendah sehubungan dengan tidak mampu mengenal kualitas yang positif dari diri sendiri
Ganguan pemusatan perhatian sehubungan dengan dampak penggunaan zat adiktif
Gangguan aktifitas pemenuhan kebutuhan sehari-hari sehubungan dengan dampak penggunaan zat adiktif
Partisipasi keluarga yang kurang dalam pengobatan klien sehubungan dengan kurangnya pengetahuan
Potesial mengancam keamanan diri sehubungan dengan kondisi kondisi pemutusan zat sedatif hipnotik
Potensial memburuknya kesadaran ; koma sehubungan dengan overdosis penggunaan sedatif hipnotik
Potensial gangguan kardiovaskuler ; postural hipotensi sehubungan dengan intoksikasi sedatif hipnotik
Gangguan gastrointestinal ; mual , muntah, diarhe, sehubungan dengan kondisi pemutusan zat adiktif


DIAGNOSA KEPERAWATAN
Koping individu tidak efektif sehubungan dengan tidak mampu mengatasi keinginan menggunakan zat adiktif
 Distress spiritual sehubungan dengan kurangnya pengetahuan
Perubahan pemeliharaan kesehatan dan ADL
Koping keluarga tidak efektif sehubungan dengan pola asuh yang salah
Gangguan kesadaran somnolent sehubungan dengan intoksikasi obat sedative hipnotik
 INTERVENSI
no
DX
SP

Inter
IMPL
EV




1.    A






2.    2
3.    3
4.     

1.    Bina hub saling paercaya
1.    Membina hub saling
soap



 Koping individu tidak efektif sehubungan dengan tidak mampu mengatasi keinginan menggunakan zat adiktif
Tujuan : klien mampu untuk mengatasi keinginan menggunakan zat adiktif
Individu :
Identifikasi situasi yang menyebabkan timbulnya sugesti
 Identifikasi perilaku ketika sugesti dating
Diskusikan cara mengalihkan pikiran dari sugesti yang lebih positif
Bantu klien mengekspresikan perasaannya
Kelompok :
Diskusikan pengalaman mengucapkan kata-kata yang mengandung semangat menghindari zat adiktif
Keluarga :
Motivasi keluarga untuk membantu klien mampu jujur bila sugestinya dating
Diskusikan upaya keluarga membantu klien mengurangi sugesti
Bantu suasana mendukung keakraban di rumah
Distress spiritual sehubungan dengan kurangnya pengetahuan
Tujuan : klien meningkatkan kegiatan spiritual
Klien :
Bantu mengidentifikasi kebutuhan spiritual
Identifikasi arti keyakinan keagamaan
Motivasi menjalankan keagamaan
Kelompok :
Diskusikan nilai-nilai kebaikan
Lakukan kegiatan ibadah bersama
Keluarga :
Diskusikan pentingnya kegiatan keagamaan
Bantu menyiapkan kegiatan keagamaan di rumah
Motivasi orang tua sebagai contoh untuk kegiatan keagamaan






Perubahan pemeliharaan kesehatan dan ADL
Tujuan : klien mampu mengambil keputusan merubah dan memperbaiki gaya hidupnya
Klien :
Identifikasi gaya hidup selama menggunakan zat adiktif
Diskusikan kerugian gaya hidup pengguna zat adiktif
Bantu kebiasaan mengontrol penggunaan zat/merokok
Bantu latihan gaya hidup sehat : makan, mandi dan tidur teratur
Kelompok :
Diskusikan gaya hidup sehat dan manfaatnya
Keluarga
 Identifikasi gaya hidup keluarga
Diskusikan keluarga sebagai model dan tempat berlatih untuk hidup sehat
Koping keluarga tidak efektif sehubungan dengan pola asuh yang salah
Tujuan : keluarga mampu memberikan kenyamanan pada klien sehingga mampu berhenti menggunakan zat adiktif
Kelompok : 
Beri kesempatan untuk mengekspresikan perasaan
Diskusikan cara menghadapi perilaku klien dan rencana sebelum pulang
Bantu mencapai kesepakatan tndak lanjut perawatan rehabilitasi mental
Keluarga :
Identifikasi penerimaan keluarga terhadap masalah
Bantu menerima masalah
Identifikasi harapan untuk sembuh total
Bantu respon keluarga bila klien menggunakan zat adiktif
Bantu keluarga latihan mengucapkan kata-kata yang menghargai dan mendukung klien untuk berhenti
Gangguan kesadaran somnolent sehhubungan dengan intoksikasi obat sedative hipnotik
Tujuan : klien mampu melakukan interaksi dan memberikan respon terhadap stimulus secara optimal
Klien :
Observasi tanda-tanda vital terutama kesadaran
Bekerja sama dengan dokter dalam pemberian terapi mediS
 Memberikan rasa nyaman dan aman dengan pengaturan posisi
Menjaga keselamatan diri klien selama kesadaran terganggu
Observasi keseimbangan cairan
Keluarga :
Berikan penjelasan tentang pengaruh zat adiktif terhadap kondisi fisik, social dan emosional klien
 EVALUASI
Evaluasi kemamapuan klien dalam mengatasi keinginan menggunakan zat misalnya dalam pikiran klien sudah tergambar masa depan yang lebih baik (tanpa zat), hdup yang lebih berharga dan keyakinan tidak akan lagi menggunakan zat. Perilaku klien untuk mengatakan tidak terhadap tawaran penggunaan zat dan menyuruh pergi. Evaluasi apakah hubungan klein dengan keluarga sudah terbina saling percaya dan kesempatan untuk saling mendukung melakukan komunikasai yang lebih efektif untuk sama-sama mengatasi keinginan menggunakan zat lagi oleh klien, serta masalah yang timbul akibat penggunaan zat.


BAB IV

1.    KESIMPULAN
Narkoba adalah obat obatan terlarang yang jika dikonsumsi mengakibatkan kecanduan dan  jika terlalu lama dan sudah ketergantungan narkoba maka lambat laun organ dalam tubuh akan rusak dan jika sudah melebihi takaran maka pengguna itu akan overdosis dan akhirnya kematian.
Narkoba pun ada berbagai jenis seperti: heroin, ganja, putaw, kokain, sabu-sabu,dan alkoholpun termasuk dalam golongan narkoba.
Manfaat yang dirasakan hanyalah sesaat. Tapi mudhorotnya jelas banyak sekali. Banyak organ tubuh menjadi rusak. palagi bila pakai obat bius. Dalah-salah pada saat operasi (karena suatu kejadian) bakal tak mampu lagi bius bagi para penggunanya. Yang pasti biaya untuk bisa mengkonsumsi barang-barang haram itu, sangatlah mahal. Salah-salah bisa masuk bui, kalau ketangkep aparat.
2.    SARAN
Diharapkan setelah penulis menyusun makalah ini masyarakat sadar akan bahayanya mengkonsumsi narkoba dan menyalah gunakan narkoba.
Karena jika salah seorang sudah menggunakan narkoba dan kecanduan, orang tersebut akan mengalami jantung yang berdebar-debar, mering menguap, mengeluarkan air mata berlebihan, mengeluarkan keringat berlebihan, mengalami nyeri kepala, mengalami nyeri/nilu sendi-sendi.









BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Allen K.M. (1996) Nursing Care of the Addicted Client. Philadelphia: Lippincott

Stuart Sundeen (1998) Principles and Practice of Psychiatric Nursing , St Louis:
Mosby Year Book

Smith, CM., (1995) Community Health Nursing; Theory and Practice .
Philadelphia: W.B. Saunders Company

Tidak ada komentar:

Posting Komentar